RSS

Kisah untuk Penyemangat Belajarmu

“Dream lofty dreams, and as you dream, so shall you become. Your Vision is the promise of what you shall one day be. Your Ideal is the prophecy of what you shall at last unveil.”
— James Allen
 

Berikut kami kutipkan kisah dari seorang kawan kita, Abigail, yang ingin membagikan sepenggal dari perjalanan hidupnya kepada kita semua, terutama para pelajar.

“Saya adalah seorang mahasiswa yang masih tertunda untuk menempuh dan meraih gelar pendidikan tingginya. Saya tidak pernah membayangkan hal itu akan terjadi pada diri saya saat saya masih duduk di jenjang SMP. Namun, semua berubah di sebuah titik di mana saya merasa semua tidak mungkin memburuk. Ada goncangan yang terjadi di keuangan keluarga saya ketika saya berada di bangku SMA. Saya mulai berjualan minuman yang setiap hari harus saya bawa dari kelas ke kelas setiap pergantian jam pelajaran untuk menambal sedikit dari biaya hidup keluarga. Komik-komik favorit yang merupakan koleksi saya dari sejak kecil juga harus dijual demi uang yang tak seberapa.

Impian saya sedikit buyar tapi harapan kental masih terasa di darah saya karena beasiswa yang sempat saya dapatkan lewat prestasi dan juga dari gereja saya hingga akhirnya saya berhasil menyelesaikan pendidikan SMA saya dengan baik.  Saya masuk ke sebuah universitas lokal dengan jalur prestasi sehingga uang gedung yang saya hanya perlu membayar 25% dari uang gedung normal.

Saat itu saya masih belum pernah terpikir apapun. Saya jalani hari-hari kuliah saya dengan sungguh-sungguh. Saat ada dosen yang mewajibkan setiap mahasiswanya membeli buku mahal, saya memberanikan diri untuk meminta ijin memakai buku kakak kelas saya walau saya malu karena saya satu-satunya orang yang memakai buku lama. Saya mencoba untuk tidak membayangkan pertanyaan apa yang ada di pikiran teman-teman saya saat itu. Hal yang kelihatannya sepele tetapi saat kamu menjadi berbeda dari semua orang, akankah kamu berhenti?

Saya menjalani semester 1 saya dengan penuh syukur karena nilai yang saya raih cukup bagus walau belum benar-benar memuaskan. Semester 2 juga saya tempuh dengan nilai yang kurang lebih sama. Tapi ada hal yang selalu mengganjal hati saya setiap waktu pembayaran semester mulai datang. Saya tidak tau dari mana uang akan datang untuk melunasi angka-angka yang tercantum pada slip dari kampus. Terkadang ada saudara yang teringat dan memberi orang tua saya biaya untuk kuliah atau teman ayah saya..tapi uang tersebut belumlah cukup. Sangat menyakitkan saat harus memandang orang tua atau kakak saya menjual perhiasan mereka demi menutup kekurangan tiap semester yang saya masuki.

Tapi semua itu tiba-tiba harus terputus ketika saya menginjak semester ketiga. Saya harus mengambil cuti tanpa tahu kapan akan melanjutkan kuliah lagi. Beberapa bulan awal saya hanya berada di rumah, sembari mencari pekerjaan yang bisa menambah pemasukan. Tuhan sepertinya tidak pernah menutup mata-Nya dari saya, tiba-tiba saya bisa mendapatkan pekerjaan dengan upah yang pas untuk keperluan hidup.

Singkat cerita saya mendapatkan tempat bekerja lainnya dan saya masih meneruskan pekerjaan saya. Terus terang, semua tau bahwa terkadang kita perlu memiliki poin lebih untuk mendapatkan hal yang lebih. Gelar sedikitnya menjadi tantangan bagi saya dalam hal pendapatan. Dan itu pernah membuat saya mulai berandai-andai..andai aku bisa meraih gelarku..jalan hidupku bisa saja berbeda. Tapi kehidupan jauh lebih hebat dari semua kata “andai saja” yang terlintas di benak kita..kehidupan jauh lebih berharga daripada hanya membayangkan “andai saja” itu terjadi. Masih ada masa depan yang bisa kita kejar..

Usia saya hampir menginjak seperempat abad tahun depan dan memang banyak yang berkata bahwa belum terlalu tua untuk mengenyam pendidikan sarjana. Keadaan keuangan keluarga saya juga sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Tapi saya seiring berjalannya waktu, saat ini saya memilih untuk memiliki penghasilan terlebih dahulu hingga saya merasa waktu yang tepat itu tiba.

Saya buangkah mimpi saya? Saya katakan dengan tegas : tidak. Saya sedang menata dan menyiapkan diri saya agar ketika kesempatan-kesempatan itu datang, tidak satu pun terlewatkan oleh saya lagi. Apabila itu belum kunjung datang, saya akan membuatnya terjadi dengan membuat sebuah keputusan yang tepat. :)

Jadi..kalian yang masih sekolah dan kuliah..kalian masih punya jalan yang kalian bisa ukir. Kalian dapat fokus dengan status pelajar kalian. Nilai yang tertoreh di rapor kalian adalah hasil kerja kalian dan itu tidak dapat diubah. Akan ada masa di mana saat kalian merasa sedikit menyesal apabila kalian melihat ke belakang dan bertanya “mengapa dulu saya tidak melakukannya dengan maksimal?”

Jangan hanya jadi "sekedar mahasiswa" karena kalian bisa lebih dari itu. Pergunakan dengan baik kesempatan untuk belajar yang kalian miliki sekarang..entah dari mana kesempatan itu datang. Belum tentu kesempatan yang sama akan terulang. Hargai apa yang kalian miliki..karena mungkin yang dapat kalian raih sekarang adalah mimpi seorang lain yang sedang tertunda.”

Semoga sepenggal kisah Abigail bisa menginspirasi kalian ya.. Jangan sia-siakan kesempatan yang kalian punya sekarang. Bersyukur dan kerjakanlah kesempatan tersebut dengan yang terbaik yang bisa kalian lakukan.


"Destiny is not a matter of chance, but choice. Not something to wish for, but to attain."
William Jennings Bryan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment